3.5.15

Case Studi Tentang Berbicara

Posted by   on

CASE STUDI

BERBICARA
OLEH : MUSDALIFA, S.Pd
SMP NEGERI 2 PANGKAJENE


Berbicara adalah kegiatan yang sering kita lakukan. Untuk berkomunikasi dengan orang lain, mengungkapkan keluh kesah atau orang bilang curhat dilakukan dengan berbicara. Hari Sabtu, jam 11.20 saya menuju ke kelas VII H dimana saya mengajar jam terakhir dan kebetulan saya adalah wali kelas di kelas itu. Semalam saya sudah mempersiapkan materi yang akan saya bawakan tentang Kompetensi Dasar “Menceritakan Pengalaman yang Paling Berkesan”. 

Sambil berjalan saya memikirkan apakah mereka mau berbicara dan siapkah mereka berbagi cerita dengan teman-teman mereka. Mengingat setiap anak memiliki kemampuan dan keberanian yag berbeda. Ah, biarlah nanti kita lihat di kelas mudah-mudahan mereka bisa. 

“Assalamu Alaikum”. “Waalaikum salam” jawab anak-anak serentak. Saya mulai memasuki materi dengan menuliskan tujuan pembelajaran hari itu yaitu: menceritakan pengalaman yang paling menarik yang pernah dialami. Saya kemudian menceritakan suatu cerita. Lalu saya bertanya. Siapa yang punya pengalaman atau peristiwa menarik yang pernah dialami dan sulit untuk dilupakan seperti yang ibu ceritak an tadi? “Saya, Bu”. Semuanya menjawab. Saya bertanya lagi, pernahkah kalian menceritakan pengalaman atau peristiwa itu kepada orang tua atau teman? “pernah, Bu”, ada juga yang mengatakan “malu, Bu natauki itu rahasiata” bahkan ada yang mengatakan “Tidak taukka saya cerita, Bu”. Saya paham dengan maksud mereka. Saya mencoba mengambil contoh ketika kalian nonton sinetron kesukaan kalian ternyata tadi malam ada teman kalian yang juga suka dengan sinetron itu tidak sempat menontonnya kemudian dia memintamu untuk menceritakan ulang kisah di sinetron semalam. Ibu yakin kalian pasti bisa menceritakan mulai dari awal hingga akhir cerita meskipun kalian tidak mungkin menceritakannya sedetail atau sama persis dengan sinetron itu dan bahasa yang kamu gunakan tentu saja bahasa sehari-hari yang penting temanmu itu mengerti. Oh, begitu! Sambil manggut-manggut. Mungkin mereka sudah mengerti. 

Perasaan saya sedikit lega. Kemudian saya meminta mereka mencoba untuk berbagi cerita dengan teman sebangkunya selama 15 menit. Kelas mulai riuh, saya mengamati mereka sambil berjalan di sela-sela bangku. Ada yang tertawa lepas mungkin karena mendengar cerita lucu dari temannya. Ada yang serius mendengar cerita temannya. Tiba-tiba seorang siswa bernama : Muh. Rifyal bertanya, Bu ceritanya boleh yang menyenangkan. “Boleh” jawabku, yang menyedihkan pun kalau memang itu susah untuk dilupakan kenapa tidak kamu ceritakan”. Mereka kembali sibuk bercerita. ± 15 menit waktu berlalu, saya meminta siswa berhenti bercerita. “Anak-anak, bagaimana berbagi ceritanya?”. “sudah, Bu ada juga yang berteriak “ini Bu tidak mauki naceritakan rahasianya, sembarangji nacerita”. Kata siswa bernama Muh. Agung. Saya mencoba menenangkan mereka karena sepertinya mereka sudah mulai saling menyalahkan. Kemudian saya meminta mereka menuliskan pokok-pokok cerita yang telah mereka ceritakan.

Anak-anak, Ibu sudah memberi kesempatan kepada kalian untuk berbagi cerita dengan teman sebangkumu. Ibu yakin semua sudah cerita. Nah, sekarang Ibu mau kalian menceritakan apa yang telah kalian ceritakan tadi dengan temanmu di depan kelas. Siswa mulai ribut lagi “Janganmi, bu malu-maluki, naketawaiki nanti. Hampir semua menyatakan tidak setuju bila diminta bercerita. Saya berpikir bagaimana caranya agar mereka mau bercerita, sementara mereka tidak mau bercerita dengan berbagai alasan. 

“Tidak ada alasan, semua harus tampil untuk bercerita, semua harus siap”. Mereka mulai kasak-kusuk. Ah, biarlah mereka menggerutu, saya tidak mungkin mengikuti keinginan mereka. Egois memang tapi ini untuk mereka juga, supaya mereka punya keberanian. Tidak usah takut, kalaupun salah Ibu tidak akan marah karena kalian masih dalam proses belajar. 

case study
“Bu, urutan namamo!”. Usul siswa yang bernama Galuh. Tiba-tiba muncul dalam benakku biarlah mereka saling menunjuk supaya mereka semua siap. “anak-anak, siapa yang berani tampil pertama menceritakan pengalamannya?” lama menunggu tak satu pun yang mau memulai akhirnya saya menunjuk salah seorang siswa bernama A. Dinda untuk tampil. Dengan wajah menunduk ia mulai bercerita. Ia menceritakan pengalamannya sewaktu berlibur di pulau Bali. Suara yang kecil yang mungkin hanya saya yang mendengar membuat temannya ribut dan meminta Dinda mengulang ceritanya. Padahal ia baru memulai hal itu membuat Dinda risau sehingga apa yang diceritakannya tidak beraturan dan selalu berulang. Akhirnya saya meminta dia duduk dan memberikan tepuk tangan sebagai apresiasi untuknya. 

Selanjutnya Dinda menunjuk temannya yang bernama Indrawan. Indrawan pun tampil di depan kelas tapi dia hanya berdiri sambil bersandar di papan tulis. Dan parahnya lagi ketika saya mempersilahkan dia bercerita “Silahkan Indra ceritakan pengalamanmu”. Kulupai Bu pengalamanku”. “Kenapa, tadikan sudah kau ceritakan sama temanmu”. Dia cuma diam daripada waktu berlalu begitu saja sementara siswa lain belum tampil saya memintanya duduk untuk mengingat-ngingat kembali apa yang sudah diceritakan kepada temannya. Hanya beberapa orang yang tampil dan bel berbunyi pertanda jam pelajaran Bahasa Indonesia telah selesai. Sebelum meninggalkan kelas saya memberikan PR, yaitu: menuliskan pengalaman yang menyenangkan dan menyedihkan masing-masing tiga dan meminta mereka lebih banyak berlatih karena pertemuan berikutnya kita lanjutkan materi berbicara. Saya meninggalkan kelas dengan lesu ditambah perut yang keroncongan karena lapar tapi saya tetap berharap pertemuan berikutnya mereka sudah bisa bercerita dengan baik.


IDENTIFIKASI MASALAH
MUSDALIFA
SMP NEGERI 2 PANGKAJENE


Masalah pembelajaran yang muncul
Masalah pembelajaran yang akan diperbaiki
Analisis Masalah
Rumusan Masalah
1.  Konsentrasi siswa rendah
2.Malu/Percaya diri yang kurang
3.Urutan cerita tidak berurutan/berkesinambungan
4.  Selalu takut salah
5.Kemampuan anak yang rendah dalam berbicara


Kemampuan anak yang rendah dalam keterampilan berbicara utamanya dalam menceritakan pengalaman yang paling berkesan
1.  Tidak percaya diri dalam bercerita
2.  Konsentrasi siswa rendah
3.  Suasana kelas yang tidak kondusif
Metode think, pair, and share mampu meningkatkan kemampuan dalam keterampilan berbicara utamanya  bercerita


No comments:
Write komentar

Hey, we've just launched a new custom color Blogger template. You'll like it - https://t.co/quGl87I2PZ
Join Our Newsletter